Saturday 29 October 2011

Merentasi Zaman dan Masa


..ada saat dan ketika nya hati tak dapat menahan dari rasa sedih dan sayu.

Kesalahan bukan sebab tak mencuba, tapi sebab tak berupaya berenang melawan arus.

Kesilapan nenek moyang, mempengaruhi aliran perjalanan hidup anak cucu..darah Laksamana Hang Tuah masih kuat lagi mengalir di segenap ruang tubuh. Sumpahan Mahsuri hanya untuk 7 keturunan, sumpahan ke atas Tuan Laksamana bila penamatnya?

Andai nasib boleh di ibaratkan seperti benang, di letakkan sebelah menyebelah, kedua dua benang tuan laksamana dan benang cicitnya ini sama warna dan coraknya. Penghormatan, pangkat dan pujian mengiringi setiap langkah, tiada pernah putus, ibarat menimba lautan. Sehingga nyawa berpisah dari jasad, takkan kering air di laut.

Telah tertulis takdirnya sejak azali, diberikan segala kesenangan duniawi tapi di tarik kelapangan hati. Nama Laksamana disebut sebut, di agung agungkan tapi bila malam berlabuh, tiada siapa disisi laksamana menghilangkan risau, mendamaikan hati dan batin.

Sejarah berulang kembali. Janji yang di lafazkan di depan tuan guru, menjadi satu sumpahan. Zaman ini, cinta itu juga wujud tapi tak dapat dimiliki. Gembira hanya seketika. Bila hati sudah sepenuhnya diberikan, cinta itu rupanya teguh dalam simpanan orang. Bak pungguk rindukan bulan, hanya memandang dengan mata, tapi tak kesampaian oleh tangan. Hati cuma untuk dirinya. Cinta itu perit, cinta itu menyeksakan dan cinta itu lah yang akan dibawanya hingga ke liang lahad.Kerna cinta itu bukan miliknya...

No comments:

Post a Comment